Dosa Guru Senior Abad 21
(Autokritik)
Oleh Helmi, S.Pd.Ind
"Kemampuan literasi murid akan meningkat bermula dari budaya membaca pada diri guru" (Helmi Kupie Phét)
Guru SD yang mengajar Generasi Z lahir 1997–2012 dan Generasi Alpha lahir 2013–sekarang sering kali menghadapi tantangan karena perbedaan generasi yang signifikan dalam hal teknologi, gaya belajar, dan motivasi.
Berikut beberapa kekurangan utama dari guru senior yang sering ditemui:
1. Kurang Melek Teknologi (Digital Gap)
- Generasi Z dan Alpha adalah digital natives yang sangat akrab dengan gadget, internet, dan media sosial, sementara banyak guru SD terutama "Guru yang lebih Senior" masih kurang terampil dalam memanfaatkan teknologi.
- Penggunaan alat digital seperti aplikasi pembelajaran interaktif (Quizizz, Kahoot!), AI, atau augmented reality (AR) masih terbatas.
2. Metode Mengajar Konvensional (Berpusat pada guru)
- Generasi Z dan Generasi Alpha lebih suka pembelajaran interaktif, kolaboratif, dan berbasis proyek, tetapi banyak guru masih menggunakan metode ceramah satu arah atau hafalan.
- Kurangnya pendekatan experiential learning (belajar melalui pengalaman langsung) dan gamifikasi (pembelajaran berbasis game).
3. Kurangnya Pemahaman tentang Gaya Belajar Baru.
- Gen Z & Alpha cenderung multitasking, belajar melalui video, dan lebih cepat bosan dengan materi tekstual.
- Guru sering kesulitan menyesuaikan konten agar lebih visual, singkat, dan menarik.
4. Minimnya Penguatan Keterampilan Abad 21.
- Generasi ini perlu dilatih critical thinking, creativity, collaboration, dan communication (4C)
- Guru kurang terlatih dalam STEM/STEAM (Science, Tech, Engineering, Arts, Math) atau design thinking.
5. Kurangnya Pendekatan Sosial-Emosional.
- Gen Z & Alpha lebih rentan terhadap kecemasan, kurang konsentrasi, dan ketergantungan gadget, tetapi guru sering tidak memiliki keterampilan mental health awareness atau social-emotional learning (SEL).
- Banyak guru belum terbiasa dengan pendekatan positif (bukan sekadar hukuman) dalam manajemen kelas.
6. Ketidakmampuan Menghadapi Perbedaan Individual
- Gen Alpha khususnya memiliki karakter belajar yang sangat beragam (ada yang hiperaktif, autis, ADHD, atau gifted).
- Guru sering kekurangan pelatihan inklusi pendidikan dan personalized learning.
- Solusi yang bisa diterapkan:
✅ Pelatihan teknologi (misal: Google Classroom, Canva, AI tools) untuk guru.
✅Pembelajaran berbasis proyek & gamifikasi (misal: menggunakan Minecraft Edu).
✅ Pendekatan proses pembelajaran yang berpusat pada murid (lebih banyak diskusi & eksperimen).
✅ Kolaborasi dengan psikolog (misal : layanan konsultasi dengan Psikolog Pendidikan Online) untuk pendekatan sosial-emosional.
✅ Memanfaatkan media sosial & konten pendek (seperti Tik-Tok Edu) untuk menarik minat siswa.
Guru SD perlu beradaptasi cepat karena Gen Z & Alpha adalah generasi yang lebih kritis, kreatif, tetapi mudah terdistraksi.
Jika metode mengajar tidak diperbarui, pembelajaran bisa menjadi tidak efektif dan tidak relevan bagi murid-murid kita.
"Kemampuan literasi murid akan meningkat bermula dari budaya membaca pada diri guru" (Helmi Kupie Phét)
Wallahu'alam.